Pada 9 Oktober 1967 atau 50 tahun lalu, pemimpin gerilya Ernesto Guevara de la Serna yang dikenal di seluruh dunia sebagai “Che” dieksekusi di Bolivia. Dunia mengenal sosok dokter asal Argentina ini sebagai tokoh revolusi di Amerika Latin, terutama revolusi Kuba.
Che lahir pada 14 Juni 1928. Dia tumbuh di keluarga kelas menengah di Rosario, timur laut Argentina.
Dia memiliki kehidupan keluarga yang condong ke dunia sastra sebelum memulai studinya di bidang kedokteran di Buenos Aires University pada tahun 1948.
Dua tahun kemudian, Che Guevara memulai perjalanan pertama (4.500 km)—dari dua perjalanan—dengan sepeda motor mengelingi Amerika Latin. Perjalanan kedua (8.000km) yang mengubah jalur hidupnya condong ke politik.
Guevara menjadi yakin selama total perjalanannya bahwa solusi atas meluasnya kemiskinan dan penindasan yang dia saksikan adalah revolusi bersenjata dan komunisme.
Setelah sempat kembali ke Buenos Aires untuk menyelesaikan studinya pada tahun 1953, Guevara meninggalkan negaranya dan sempat berkarir di bidang kedokteran. Tujuannya, untuk mengejar masa depan politik di mana dunia akan melihatnya tampil dalam revolusi Kuba hingga Kongo.
#Revolusioner
Guevara dikenal karena perannya dalam revolusi Kuba tahun 1959, yang menyaksikan penggulingan diktator Fulgencio Batista oleh Fidel Castro.
Guevara dan Castro pertama kali bertemu di Mexico City, lima tahun sebelum revolusi Kuba pecah.
Setelah bergabung dengan ”Gerakan 26 Juli” pimpinan Castro yang bertujuan merebut kekuasaan dari Batista, Guevara bangkit menjadi tokoh kunci dalam revolusi dan ditunjuk sebagai presiden Bank Nasional Kuba dan Menteri Industri menyusul keberhasilannya dalam revolusi itu.
Dari posisi ini, dia leluasa menggelar rencana domestik untuk redistribusi lahan dan nasionalisasi industri Kuba. Dia berkeliling dunia sebagai “duta besar” untuk negara tersebut.
Guevara membimbing pemerintah Castro untuk lebih dekat dengan Uni Soviet melalui diplomasinya, yang akan membuktikan hubungan penting Kuba sepanjang Perang Dingin karena Castro berusaha mencegah Amerika Serikat untuk tidak mencampuri urusan negaranya.
Enam tahun setelah revolusi, Guevara meninggalkan Kuba untuk menyebarkan pemberontakan Marxis di tempat lain. Dia tiba di Kongo pada tahun 1965 dan berusaha untuk memobilisasi pasukan pemberontak bersenjata di sana untuk melawan pemerintah pusat Kongo.
Usahanya gagal dalam tujuh bulan.
Pada akhir tahun 1966, setelah kembali ke Kuba, Guevara telah mengalihkan perhatiannya ke Bolivia. Sebuah gerakan revolusioner melawan pemerintah di sana pun dia lakukan. Namun, kurang dari setahun kemudian Guevara ditangkap oleh pasukan Bolivia yang didukung AS pada tanggal 8 Oktober. Dia dieksekusi keesokan harinya, saat usianya 39 tahun.
Bagi kawula muda dunia yang gandrung revolusi, Che Guevara dipuji. Nama Guevara kemudian dianggap sinonim dengan pemberontakan, revolusi dan sosialisme.
Namun, para kritikus menyalahkan peran Guevara yang lalai atas tindakan pembunuhan di luar hukum dan represi politik yang dilakukan pemerintahan Kuba yang baru.
Para pendukung Guevara menganggap tokoh penganut komunisme ini sebagai pahlawan yang berjuang dan mati karena kepercayaannya. Dia juga dipandang sebagai tokoh romantis yang terkait dengan perjuangan universal untuk kebebasan.
Terlepas dari sejarahnya yang menuai pujian dan kritikan, wajah Guevara telah menjadi ikon budaya populer internasional. Di negara-negara seperti Bolivia, Kuba dan Venezuela, pemerintahnya terus menarik inspirasi dari Guevara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar